Crypto Trading dan Forex Trading Serta Trading Saham

Tahukah Anda Perbedaan Crypto Trading dengan Forex Trading ??. Bagaimana dengan Trading Saham ?. Semuan ini ternyata punya berbedaan dan persamaan. Salah satu cara untuk mendapatkan penghasilan dari internet adalah dengan menjalankan trading. 

Crypto Trading dan Forex Trading Serta Trading Saham
 
Crypto Trading adalah suatu tren di dunia perdagangan saat ini di seluruh dunia. Karena Crypto Trading ini dikenal saat diperkenalkannya Bitcoin di seluruh dunia akhir tahun 2008. Sedangkan Forex Trading serta Trading Saham sudah lama dikenal di dunia perdagangan. Manakah sarana perdagangan yang paling baik?. Mengenai ketiga hal tersebut serta kekurangan dan kelebihannya dapat Anda lihat pada gambar di bawah ini. 

Crypto Trading dan Forex Trading Serta Trading Saham


Untuk mendapatkan uang dari profit dalam berdagang Cryptocurrency (mata uang digital). Perdagangan ini sekilas mirip forex maupun saham tetapi mempunyai berbagai kelebihan yang menyebabkan tidak hanya orang “mampu” yang terjun ke dalam perdagangan tetapi juga para mahasiswa yang hanya memiliki modal 10ribu rupiah dapat memanfaatkan sarana ini untuk mendapatkan uang!.

Perdagangan cryptocurrency berjalan 24 jam sehingga sangat cocok untuk kalangan manapun, bahkan pekerja kantoran. Dan terkadang memiliki nilai naik turun lebih dari 50% dalam sehari. Artinya Anda bisa mendapatkan potensi profit lebih dari 50% dalam sehari!.

Sebuah kisah nyata dari Agus Heriyanto, seorang Bitcoin Trader yang bangkit kembali dari keterpurukan ekonomi berkat investasinya di dunia mata uang digital “Segala bisnis mulai dari menjadi pengusaha di perkebunan karet hingga berjualan nasi bungkus sudah pernah saya lakukan, namun tidak ada bisnis yang berhasil meraup profit sebesar keuntungan yang saya dapatkan melalui investasi menggunakan Bitcoin.” Begitulah ucap Agus Heriyanto, seorang Bitcoin Trader asal Palembang yang telah merasakan manis pahitnya kehidupan sebagai seorang ayah dengan dua orang anak. 

Pak Agus berasal dari keluarga mapan dengan harta kekayaan berupa tanah seluas 16 hektar yang dijadikan ladang berkebun sebagai mata pencaharian utama keluarganya. Sejak kecil, beliau sudah terbiasa berkebun untuk menafkahi dirinya, namun ketika ia memutuskan untuk menikahi pasangannya di tahun 2011, Pak Agus mengerti bahwa mungkin sudah saatnya ia mencari pekerjaan lain dengan profit yang lebih besar demi menanggung biaya hidup keluarganya. 

Jenuh dengan aktifitas berkebun di kampungnya, Pak Agus memutuskan untuk menjual sebagian tanah warisan orangtuanya dan mendapatkan dana segar sebesar 370 juta rupiah. Melihat bahwa hampir 99% penduduk di daerahnya adalah petani karet, maka ia pun memutuskan untuk berbisnis di bidang tersebut. Beliau mengumpulkan hasil kebun para petani untuk dikirimkan ke pabrik-pabrik karet di Palembang. Untuk satu bulan pertama, bisnisnya tergolong sukses, namun seiring berjalannya waktu, Pak Agus kembali gelisah. Hal ini disebabkan karena harga karet terus menurun, sehingga banyak petani yang bermain curang dan mengakibatkan turunnya kualitas karet yang mereka produksi. 

Dampaknya, hampir sebagian besar pabrik karet menolak hasil karet para petani tersebut dan disinilah awal jatuhnya bisnis Pak Agus. Delapan bulan berlalu dan modal yang tersisa di kantongnya kini hanya senilai 40 juta rupiah. Dihantui oleh perasaan kecewa karena telah menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran serta modal yang besar untuk bisnisnya yang tidak berbuah hasil, beliau memutuskan untuk mencari peruntungan di kota lain. Saat itu, ia sudah dikaruniai dua orang anak yang meskipun sangat membahagiakan dirinya, tetap menjadi beban pikiran tersendiri karena kondisi perekonomian keluarganya yang berubah secara drastis. 

Dengan modal 40 juta rupiah di tangannya, Pak Agus memutuskan untuk menjadi penjual nasi bungkus keliling demi keluarganya. Seorang ayah yang awalnya bertindak layaknya seorang pemimpin saat berbisnis karet tiba-tiba harus berhadapan dengan realita dimana ia kini mencoba profesi yang jauh berada di bawah pekerjaannya sebelumnya. Perasaan kecewa, frustrasi, dan kesedihan yang mendalam terus mengikutinya karena ia belum siap mental untuk hidup seperti itu. Ia bahkan kesulitan untuk membeli beras dan pangan untuk keluarganya, apalagi susu untuk kedua anaknya. 

Namun melihat buah hatinya yang masih lugu meminta uang jajan agar bisa membeli cemilan seperti kawan-kawannya, Pak Agus memutuskan untuk bersikap optimis dan menatap jauh kedepan. Sayangnya tidak lama setelah itu, usaha jual nasi bungkus keliling beliau terpaksa harus berhenti karena profit yang didapat tidak setimpal dengan usaha yang ia keluarkan. 

Kini ia mencoba untuk berjualan pisang coklat di tempat-tempat strategis yang ramai pengunjung. Bermodal uang yang pas-pasan dan peralatan menggoreng, Pak Agus hanya berhasil menjual 14 biji pisang coklat meskipun sudah berdiri seharian. Terpukul dengan kerasnya kehidupan di kota, ia kemudian meminta pendapat teman yang dia temui secara online di game Castle Clash. “Daripada kamu habiskan uang banyak untuk membeli gems, lebih baik kamu mainkan game yang bisa menghasilkan uang,” ucap temannya yang membuat Pak Agus tertarik. 

Saat itu, beliau diajak bermain sebuah game bernama Golden Cows yang merupakan salah satu bentuk game HYIP (High-Yield Investment Program) yang menjanjikan profit tinggi. Inilah titik awal dimana ia mulai mengenal Bitcoin. 

Pada bulan Agustus tahun 2014, harga Bitcoin perbijinya mencapai kurang lebih 6 juta rupiah. Karena nilai yang tinggi itu, ia mulai menggali lebih banyak informasi mengenai Bitcoin sebelum akhirnya memutuskan untuk menginvestasikan semua modal yang tersisa di kantongnya di pasar Bitcoin Indonesia. Dengan memanfaatkan pergerakan harga Bitcoin yang fluktuatif serta bermain investasi dengan mata uang digital yang lain, Pak Agus berhasil mendapatkan kembali modalnya ditambah dengan profit yang berkali-kali lipat. 

Beliau sukses melipatgandakan modal 40 juta rupiah yang ia miliki menjadi 100 juta rupiah hanya dalam waktu 1-2 bulan saja. Semakin dalam ia mempelajari seluk beluk dunia cryptocurrency, beliau menjadi semakin handal dalam membaca pergerakan harga sehingga semakin besar juga profit yang ia raup. 

Kini, Agus Heriyanto telah menjadi seorang cryptocurrency trader aktif dengan kisah inspiratif yang mengajarkan kita bahwa ketika kita terjatuh dari posisi yang kita duduki sekarang, bukan berarti kita akan berada di bawah selamanya. “There’s a will, there’s a way”. Selama kita tidak berhenti berusaha dan mencoba berdiri kembali dari keterpurukan yang kita alami, pasti kita bisa menemukan kembali jalan yang benar untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. 




Add Your Comments

Disqus Comments